Islam adalah agama samawi terakhir. Agama yang
sempurna sebagai penutup semua syariat ilahiyah yang pernah diturunkan oleh
Allah Swt melalui para Nabi dan Rasul yang telah ada di dunia ini. Sebagai agama
penyempurna terhadap agama-agama sebelumnya, ajaran Islam banyak disinggung
dalam kitab-kitab agama terdahulu. Demikian pula pembawanya, Nabi Muhammad
sering dinubuatkan (diberitakan) dalam beberapa kitab agama terdahulu. Bahkan agama
non-samawi pun telah memberitakannya.
Nubuatan Daniel Tentang Islam
Di dalam kitab Nabi Daniel dapat kita menjumpainya
pada pasal 2 ayat 44-45: “Maka pada zaman
raja-raja oleh Allah di surga, akan diadakan suatu kerajaan, yang pada
selama-lamanya tiada dapat dibinasakan. Maka kerajaan itu tiada kuserahkan
kepada salah satu bangsa lain, dan dia itupun akan menghancurkan dan meniadakan
segala kerajaan itu, tetapi ia sendiri akan kekal sampai selama-lamanya. Maka
itulah sebabnya, tuanku melihat sebuah batu gunung gugur dengan sendirinya
dengan tiada tulungan tangan, lalu dihancur luluhkannya besi dan tembaga, dan
tanah liat, dan perak dan emas. Bahwa Allah ta’ala sudah memaklumkan kepada tuanku,
barang yang akan jadi pada kemudian hari, bahwa sesungguhnya inilah mimpi tuanku
itu, dan tentulah takbirnya”.
Umumnya bapa-bapa Gereja dan Ulama-ulama Islam hampir sepaham
bahwa kerajaan besar yang menggantikan kerajaan Babilonia, menguasai
daerah-daerah bebas kekuasaannya di timur tengah ialah Persia, kemudian
Macedonia, Assyria, kemudian Romawi. Tetapi kerajaan kelima yang berupa “Campuran
besi dan tanah liat” dan “Kerajaan keenam” yang penutup, yang berupa “Batu
gunung” yang menghancurkan itu dalam penafsirannya terbit perbedaan paham
diantara mereka.
Pemimpin-pemimpin Gereja bersikeras menafsirkan bahwa
yang dimaksud dengan batu gunung ialah kerajaan Kristus. Tetapi harus diingat,
bahwa kerajaan Kristus sudah 16 abad lamanya mereka tunggu-tunggu, atau mungkin
sudah 20 abad lamanya belum juga datang. Siapakah kerajaan yang “lain daripada kerajaan
terdahulunya” yang telah muncul sesudah kejatuhan Romawi? Jawabnya ialah:
Kerajaan Islam. Jikalau pada tahun 426 M kerajaan Rumawi Barat toh akhirnya
jatuh juga, maka pada sekitar tahun 612 M bangkitlah kerajaan Islam dan mulai mengembangkan
sayapnya. Sejak dari Jabal El-Tarik di Spanyol sampai ke Pasai, bahkan Demak
dan Rembang di Indonesia. Tentaranya bagaikan badai taupan mengamuk
menghancurkan kerajaan kafir terdahulunya, sehingga lenyaplah mereka seperti
“debu yang diterbangkan angin.”
Nabi
Muhammad dalam Kitab Orang Hindu
Kalau
pembicaraan-pembicaraan kita tadi, hanya tersimpul dalam Taurat Musa,
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka khusus mengenai Muhammad ini,
terpaksa kami, akan membuka buku-buku suci yang lainnya pula, seperti kitab
Weda, kitab suci ummat Hindu yang usianya sudah 2.500 tahun lamanya, sejak
lahirnya Sang Sidharta Gautama (623 - 543 SM), bahkan mungkin lebih lama lagi.
(Hindu usianya lebih tua daripada Budha, sedangkan Sidharta Gautama adalah
pembawa agama Budha). Di dalam kitab Weda konon ada tertulis: “Hai sekalian manusia, dengarkanlah berita penting
ini. Nanti aku bangunkan seorang laki-laki
yang terpuji diantara manusia.” Laki-laki terpuji dalam bahasa Arab
disebutkan “Muhammad”.
Meskipun
tafsiran ini mungkin benar, tetapi saya kira belum ada kekuatan sama sekali,
sebab dalam masa 2.500 tahun itu telah banyak bermunculan laki-laki terpuji dan
orang-orang gagah seperti Selon, Zarahudza, Socrates, Aristoteles, Iskandar
Zulkarnain, Yesus, Darius yang Agung, Napoleon, Hitler dan masih seribu nama
lagi barangkali. Untuk kita mengetahui, “laki-laki terpuji yang mana yang
dimaksudkan”, maka baiklah kini kita baca dalam kitab Beha Pesiyaporana (kitab
Hindu) yang bunyinya: “Pada masa itu
datanglah seorang laki-laki dari tanah Arab namanya Akhmad bergelarkan Muhammad,
dan dia akan mendapatkan penolong-penolong. Hai orang-orang Arab, hai tuan-tuan
seluruh alam ini, kepada engkaulah taqdis (penghormatan)Ku yang suci. Hai
orang-orang yang mengadakan beberapa jalan yang banyak untuk membinasakan
sekalian syaithan, dan dunia ini, kepada engkaulah taqdisKu.”
Suatu
keterangan berharga, yang sayangnya tetap tersembunyi, sebab adanya peraturan
kasta-kasta, dimana yang berhak membaca Weda hanyalah kaum Brahmana saja,
sedangkan bagi orang di luar Brahmana, sangat tabu, apalagi bagi kasta Paria dan
Sudra, bila saja membaca Weda atau mendengarkan ayat-ayatnya sekalipun,
dapatlah ia dihukum mati. Mereka, kaum Brahmana kuatir, kalau-kalau kasta lainnya
diperbolehkan membaca Weda, akan jatuhlah martabat dirinya, bahkan mungkin akan
pula terbuka beberapa ajaran-ajarannya yang salah, sama seperti juga mengapa
ummat Katolik sampai, dewasa ini belum “mempunyai Injil-injil yang lengkap,” selain
daripada hanya katekesmus dan Jubilate belaka.
Nabi
Muhammad dalam Kitab Nabi Malakhi
Di
dalam kitab Nabi Malakhi pasal 3 :1: 2 dinyatakan: “Bahwasanya Aku menyuruhkan utusanku, yang menyediakan jalan di hadapan
haderatku, dan dengan segera akan datang, kepada ka’abahnya Tuhan, yang kamu
rindukan itu. Bahwasanya ia akan datang, demikianlah firman Tuhan serwa
sekalian alam. Tetapi siapakah gerangan akan menderita hari kedatangannya? Dan
siapa tahan berdiri apabila kelihatanlah dia? Karena iapun akan seperti api
pandai emas dan akan seperti sabun binara.”
“Akan
datang seorang utusan”, yang seperti nyala api dan sabun binara. Kedatangannya
dengan membawa anasir-anasir yang panas, keras seperti sabun binara. Ia tidak
datang seperti Yesus yang lembut dan “sunyi senyapnya”. Iapun tidak bersikap
selemah lembut Yesus, yang mengasuh ummat seperti seekor induk ayam
mengumpulkan dan menaungi anak-anaknya. Alangkah penyabarnya Yesus ini. Tetapi
akan orang yang datang sesudah Yesus itu? Dengan panas seperti panasnya api pandai
emas jua ia membakar bumi Arabia bahkan sampai ke ujung Hispanola dengan seruan
jihadnya yang sangat menggetarkan hati lawan lawannya: “Allahu Akbar”.
Nabi
Muhammad dalam Kitab Orang Parsi
Selain
dari Weda, nama Muhammad dapat pula kita jumpai dalam kitab orang Parsi. Kita
baca umpamanya dalam Kitab Datasir 14, berkatalah Susan, Nabi orang Parsi: “Apabila orang-orang Parsi sudah terjerumus
dalam budi pekerti yang begitu rendah, maka
seorang akan lahir ditanah Arab yang pengikut-pengikutnya membalikkan
takhta kerajaan agama dan segala barang mereka itu. Seseorang yang berkepala
batu yang amat berkuasa di Parsi akan dihalaukan. Rumah yang didirikan itu, di mana
berhala-berhala banyak terdapat di situ akan disucikan daripada berhala-berhala
itu, dan banyak orang-orang akan menjalankan shalatnya dengan menghadap mukanya
ke ka’abah. Pengikut-pengikutnya akan menawan kota-kota Persi, Taush dan Bulhuh
serta lain-lain tempat besar sekelilingnya. Rakyat akan kacau menjadi satu, dan
orang pandai-pandai di tanah Persi akan menggabungkan diri dengannya.”
Alangkah
tepatnya nubuatan ini, yang digenapi pada tahun 17 Hijrah atau Mei 638M di dalam
pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab pasukan-pasukan Islam menyerbu ke
Persia, dan gugurlah takhta kerajaan orang Persi. Rajanya yang kejam melarikan
diri ke Asyria meminta suaka. Hal ini tepat 29 tahun sesudah kedatangan Nabi
Muhammad Saw.
Sumber:
pustaka online media ISNET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar