Bagi seorang pelajar,
liburan adalah waktu yang selalu dinanti, meskipun liburan baginya bukanlah
sesuatu yang asing, karena tiap minggu pun mereka merasakan liburan. Meski
demikian, ada baiknya kalau kita bertanya pada diri kita sendiri, liburan akhir
tahun ini akan kita gunakan untuk apa? Sehingga kita tidak melalaikan waktu
luang begitu saja.
Mengenai waktu kosong, konsep
Islam sudah jelas, yaitu memanfaatkannya dengan kegiatan yang bermanfaat. Dalam
Alqur’an disebutkan: “Maka bila kamu tlah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah
sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS.94;7)
Jadi, tidak ada istilah
bersantai ria sampai terlena dengan waktu kosong. Bukankah waktu itu ibarat
pedang? Jika kita tidak dapat menggunakan pedang dengan baik, maka ia akan
memotong diri kita sendiri. Dalam artian bila waktu tidak kita manfaatkan
sebaik mungkin, dialah yang akan menghancurkan kita. Waktu yang telah lampau
tidak akan pernah kembali lagi. Maka para ulama kita terdahulu sering
mengatakan bahwa waktu jauh lebih berharga dari emas, jika waktu hilang tidak
akan pernah akan kembali lagi, sebaliknya jika kita kehilangan emas mungkin
masih dapat kita carikan gantinya. Begitu pentingnya waktu sehingga di beberapa
surat dalam Alqur’an Allah bersumpah dengan waktu.
Persoalannya kemudian
bagaimana kita mengisi liburan ini secara optimal sehingga tidak sedikitpun
waktu kita sia-siakan? Apalagi waktu adalah satu dari sekian pertanyaan yang
akan kita pertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah. Firman Allah, “Kemudian
kamu akan ditanya pada hari kiamat tentang nikmat yang telah kami berikan.”
Waktu adalah satu dari sekian kenikmatan yang Allah berikan kepada kita.
Marilah kita merenungkan
sejenak tujuan penciptaan kita. Dalam Alqur’an di sebutkan bahwa tujuan
penciptaan manusia tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengabdi (beribadah)
kepada Allah. Ibadah di sini adalah ibadah dalam arti yang luas, tidak hanya
terfokus pada ibadah mahdhah seperti
shalat, puasa, haji, zakat. Karena sebenarnya segala gerak-gerik kita, ucapan
kita bahkan tidur kita sekalipun jika diniatkan untuk beribadah insya Allah
akan mendapatkan pahala.
Aktifitas kita dalam bersosialisasi,
organisasi, berolah raga, berkutat di perpustakaan, berkunjung ke rumah
sahabat, bahkan berekreasi ke suatu tempat pun adalah ibadah. Satu hal yang
perlu dicatat bahwa jangan sampai kita melakukan suatu perbuatan hanya demi
manusia belaka. Karena perbuatan seperti ini hanya akan merugikan diri kita
sendiri. Berbuatlah karena Allah. Manusia adalah makhluk yang sangat lemah.
Jika Allah menghendaki sesuatu, apakah ia seorang jenderal ataupun apalah
pengkatnya, niscaya ia tidak akan pernah mampu untuk menghalanginya. Jika kita
selalu ikhlas dalam beramal sebagai wujud dari pemanfaatan waktu luang,
percayalah bahwa kita akan mendapat keberuntungan dunia akhirat.
Kerusakan di muka bumi
saat ini adalah bias dari ketidak ikhlasan manusia. Ia bkerja hanya demi
memperoleh harta, tahta atau wanita. Bukankah semua itu hanya milik Allah semata?
Apa yang terjadi di Indonesia seperti dekadensi moral bangsa adalah akibat dari
ketidak ikhlasan para pejabat. Rakyat mempercayakan amanat kepada mereka agar
memperhatikan kepentingan rakyat kecil, namun yang terjadi sebaliknya rakyatlah
yang menjadi korban keganasan mereka. Bahkan mereka tidak segan-segan
mengintimidasi siapapun yang bersikap kritis. Inilah kepercayaan rakyat
terhadap pemerintah.
Semestinya kita menyadari
bahwa kehidupan di dunia ini sama sekali tidak ada artinya. Toh kelak kita akan
meninggalkan dunia dengan tanpa membawa harta benda yang kita miliki. Ikhlas
adalah inti dari segala amal perbuatan manusia. Jika kita kehilangan keikhlasan,
maka sifat mulia yang ada dalam diri kita pun akan sirna. Kita hanya diperbudak
oleh nafsu keduniaan. Dan kelak, setelah semuanya berakhir dan setiap manusia
menghadap Tuhan dengan amal perbuatannya masing-masing, di sana hanya tinggal
penyesalan.
Masih ada waktu untuk
menata diri. Mari kita gunakan waktu luang untuk mengerjakan sesuatu yang
bermanfaat. Cita-cita atau arah tujuan kita harus jelas, sehingga memudahkan
kita dalam menata waktu. Pilih mana prioritas yang harus didahulukan. Kalau
perlu kita membuat rancangan ke depan agar pekerjaan kita lebih sistematis. Dan
lebih dari itu adalah beramallah hanya karena Allah semata, sehingga amal
perbuatan baik kita tidak hilang begitu saja. Semoga hidup kita selalu mendapatkan
barokah dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar