Ketika seorang anak mulai menginjak umur empat atau lima tahun, orang tua sibuk mencarikan anaknya tempat untuk mendidik sang anak. Taman kanak-kanak adalah alternatif utama untuk menampung anak pada usia ini. Setelah lulus TK, SD adalah tahapan berikutnya. Yang kemudian dilanjutkan ke jenjang SMP, SMA bahkan sampai ke bangku kuliah dan seterusnya.
Usaha semacam ini tidak lain –kata mereka– adalah untuk membekali diri sang anak dengan ‘ilmu’ yang bermanfaat untuk bekal hidupnya. Namun terkadang kita sendiri tidak begitu sadar tentang apa itu ilmu dan mengapa kita harus berilmu. Setidaknya, ada lima alasan mengapa manusia harus berilmu:
Usaha semacam ini tidak lain –kata mereka– adalah untuk membekali diri sang anak dengan ‘ilmu’ yang bermanfaat untuk bekal hidupnya. Namun terkadang kita sendiri tidak begitu sadar tentang apa itu ilmu dan mengapa kita harus berilmu. Setidaknya, ada lima alasan mengapa manusia harus berilmu:
Pertama, manusia adalah makhluk yang sempurna namun di sisi lain juga makhluk yang lemah. Pada tahap alam pertama manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya ilmu yang dimiliki. Ini berbeda jauh dengan hewan. Sebagai contoh, selang beberapa hari setelah lahir, hewan bisa beradaptasi dengan alam sekitarnya. Mereka bisa hidup dengan alam apa adanya tanpa ada faktor eksternal yang membantunya.
Lain halnya dengan manusia, harus ada unsur lain yang membantunya sehingga dia bisa bertahan hidup pada awal kelahirannya. Sebut saja manusia harus berpakaian agar terlindung dari dingin dan terik mentari, makanan yang dikosumsi harus sesuai dengan organ tubuhnya agar tidak berbahaya, dll.
Kedua, manusia harus berilmu karena manusia butuh teknologi untuk membantunya agar bertahan hidup. Ini berbeda jauh dengan hewan, tanpa teknologi sedikitpun hewan bisa bertahan hidup. Misalnya, kita punya bahan makanan yang cukup banyak dari dunia ini, padi adalah salah satunya. Namun kita tidak mungkin makan padi mentah-mentah begitu saja, melainkan kita harus menggilingnya hingga menjadi beras. Setelah itu kita harus memasaknya sehingga menjadi nasi agar kita bisa memakannya tanpa ada efek samping yang mengganggu. Tentunya semua proses tersebut memerlukan teknologi, dan teknologi tidak akan tercipta tanpa adanya ilmu. Ini berbeda jauh dengan hewan, mereka bisa makan padi ataupun tumbuhan yang lain tanpa adanya proses sedikitpun.
Ketiga, manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam al-Qur'an, “Dan telah kami ciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya.” Oleh karena itu, agar martabat manusia tidak turun seperti hewan, maka manusia perlu mempelajari suatu yang namanya etika. Etika adalah moral atau akhlak yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sosial. Tanpa etika, manusia akan menjadi hewan, di mana hukum rimba yang dijadikan pedoman. Dan yang perlu dimengerti, bahwa etika, moral, dan akhlak tidak akan dimiliki oleh manusia tanpa ilmu.
Keempat, setelah kebutuhan di atas terpenuhi, manusia perlu estetika (keindahan). Munculnya berbagai macam bentuk pakaian adalah salah satu bukti kebutuhan manusia akan estetika. Tanpa estetika, dunia terasa suram bagai malam tanpa bulan. Namun segala keindahan tak akan bisa tercipta tanpa adanya ilmu, yakni ilmu artistik dan seni.
Kelima, sebagai umat Islam, tentunya kita meyakini bahwa kehidupan ini bukan hanya di dunia saja, namun ada yang lebih kekal yakni kehidupan akhirat. Kebahagiaan di kehidupan akhirat itulah tujuan utama dalam kehidupan umat Islam, dan hal tersebut tidak dapat diraih melainkan dengan ilmu, yakni ilmu agama tentunya. Karena semua ibadah yang harus kita lakukan ada ketentuan-ketentuan tertentu, yang kesemuanya itu tidak akan bisa kita ketahui tanpa ilmu.
Dari sini kita harus sadar bahwa manusia, apapun agama dan sukunya, di manapun dan kapanpun, bahkan mereka yang primitif pun tetap tidak akan bisa terlepas dari ilmu. Baik itu ilmu yang bersifat keduniaan maupun keagamaan. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar