Alkisah, konon pada suatu zaman berjuta-juta tahun
yang lalu, hiduplah di bumi ini hewan raksasa yang bernama Dinosaurus. Mungkin
saking terlalu besarnya, orang bilang, jika kakinya menginjak bumi, maka
kepalanya berada di awan. Pada zaman itu, hewan ini disebut ‘Hewan Pencakar
Langit’. Dengan badannya yang sedemikian kuat, hewan ini juga mendapat sebutan ‘Hewan
Super Power’.
Bangsa Semut dan Lebah berteriak sekeras mungkin
menuntut hak-hak mereka. Namun Sang Dinosaurus tak mendengarkannya, dan bahkan
ia pura-pura tidak mendengar. Semua anak Semut dan Lebah menangis karena
kesengsaraan hidup yang diakibatkan kezaliman Dinosaurus. Namun Dinosaurus
masih tetap tidak mau mendengarkannya. Tak sekalipun Dinosaurus melihat tetesan
air mata yang mengalir di pipi para anak bangsa Semut dan Lebah. Ia tidak juga
melihat tumpahan darah yang menghiasi tanah dan rumah mereka. Semua itu karena
kedua telinga Dinosaurus yang terlalu tinggi mencakar langit sehingga susah
untuk mendengar, dan matanya yang agak buta hingga tak melihat sinaran mata
bangsa-bangsa yang tak berdosa.
Dengan bersenjatakan iman di dadanya, Lebah
pemberani ini terbang tinggi ke awan dan hinggap di telinga Dinosaurus kemudian
ia menyengatnya dengan sekuat tenaga. Akibatnya, badan Dinosaurus yang besar
itu panas dingin kesakitan. Ia berteriak sekuatnya, yang akibatnya anak-anak
Dinosaurus raksasa ini menjadi kasihan terhadapnya. Kemudian si Lebah pemberani
itu mengakhiri hayatnya dengan memasukkan diri ke dalam telinga Dinosaurus yang
paling dalam, hingga Dinosaurus pun semakin kesakitan.
Akhirnya Dinosaurus raksasa ini berjanji untuk membalas dendam kepada bangsa Lebah dan Semut dengan memeranginya dan menghapus mereka dari muka bumi ini. Namun anehnya, tanpa melihat sebab akibat, semua bangsa Dinosaurus membela Dinosaurus yang kesakitan ini menyerang bangsa Lebah dan Semut yang lemah. Bahkan para Dinosaurus mengeluarkan ultimatum, jika semua bangsa Semut dan Lebah tidak membantu mereka untuk mencari Lebah yang menyakiti Dinosaurus raksasa, maka mereka akan merasakan getahnya. Dengan kata lain, mereka akan dihancurkan pula.
Akhirnya Dinosaurus raksasa ini berjanji untuk membalas dendam kepada bangsa Lebah dan Semut dengan memeranginya dan menghapus mereka dari muka bumi ini. Namun anehnya, tanpa melihat sebab akibat, semua bangsa Dinosaurus membela Dinosaurus yang kesakitan ini menyerang bangsa Lebah dan Semut yang lemah. Bahkan para Dinosaurus mengeluarkan ultimatum, jika semua bangsa Semut dan Lebah tidak membantu mereka untuk mencari Lebah yang menyakiti Dinosaurus raksasa, maka mereka akan merasakan getahnya. Dengan kata lain, mereka akan dihancurkan pula.
Bangsa Semut dan Lebah menjadi bungung, takut,
serba salah. Ironisnya, semua pemimpin Semut dan Lebah bersepakat mengatakan
bahwa Lebah yang menyakiti Dinosaurus raksasa adalah Lebah pengkhianat yang
telah mengkhianati bangsanya. Hal ini mereka lakukan karena mereka (pemimpin
bangsa Semut dan Lebah) tunduk kepada Dinosaurus raksasa.
Para pemimpin Semut dan Lebah ramai-ramai
meyakinkan kepada Dinosaurus raksasa bahwa Lebah pemberani yang menyakitinya
telah mengakhiri hidupnya di dalam telinga Dinosaurus. Namun usaha mereka
sia-sia tak ada guna.
Kemudian kakekku berkata kepadaku (karena dialah yang bercerita kisah ini kepadaku untuk pengantar tidur), “Cucuku, ternyata Allah Swt, kemudian dendam kepada para Dinosaurus. Merekapun hancur bersamaan dengan hancurnya bangsa-bangsa lemah. Mereka mati kelaparan. Karena dengan akalnya yang bodoh, mereka tidak tahu bahwa dengan membunuh Semut dan Lebah, ternyata mereka harus kehilangan makanannya yang dulu tergantung pada hewa-hewan lemah itu. Dan sejak hari itu hingga kini, bumi kehilangan hewan bernama Dinosaurus yang berbadan besar dan berakal idiot itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar