Minggu, 14 Maret 2010

Realita Perang Dinosaurus vs Lebah

Alkisah, konon pada suatu zaman berjuta-juta tahun yang lalu, hiduplah di bumi ini hewan raksasa yang bernama Dinosaurus. Mungkin saking terlalu besarnya, orang bilang, jika kakinya menginjak bumi, maka kepalanya berada di awan. Pada zaman itu, hewan ini disebut ‘Hewan Pencakar Langit’. Dengan badannya yang sedemikian kuat, hewan ini juga mendapat sebutan ‘Hewan Super Power’.

Namun sayangnya, Dinosaurus ini berjiwa sombong. Mungkin itu disebabkan karena badannya yang besar dan kekuatannya yang melebihi hewan-hewan lain. Sehingga ia tak menghormati hak-hak hewan lemah yang hidup di sekitarnya. Ia menindas bangsa Semut, juga melanggar hak-hak asasi bangsa Lebah. Dengan sengaja ia menghancurkan rumah-rumah Semut dan Lebah yang telah mereka bangun dengan susah payah. Sehingga kehidupan bangsa hewan lemah ini menjadi porak-poranda. Musibah besar bagi mereka.

Bangsa Semut dan Lebah berteriak sekeras mungkin menuntut hak-hak mereka. Namun Sang Dinosaurus tak mendengarkannya, dan bahkan ia pura-pura tidak mendengar. Semua anak Semut dan Lebah menangis karena kesengsaraan hidup yang diakibatkan kezaliman Dinosaurus. Namun Dinosaurus masih tetap tidak mau mendengarkannya. Tak sekalipun Dinosaurus melihat tetesan air mata yang mengalir di pipi para anak bangsa Semut dan Lebah. Ia tidak juga melihat tumpahan darah yang menghiasi tanah dan rumah mereka. Semua itu karena kedua telinga Dinosaurus yang terlalu tinggi mencakar langit sehingga susah untuk mendengar, dan matanya yang agak buta hingga tak melihat sinaran mata bangsa-bangsa yang tak berdosa.

Akhirnya, bertekadlah salah seekor Lebah pemberani berjanji demi tuhannya untuk mengembalikan martabat bangsanya yang telah diinjak-injak oleh Dinosaurus. Dan berusaha mengalihkan pandangan Dinosaurus kepada penderitaan anak bangsanya dengan harapan semoga Dinosaurus raksasa ini dapat melihat bagaimana penderitaan bangsa-bangsa hewan lemah lainnya hingga dia menghormati mereka dan sadar bahwa tuhan telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup, ada yang berbadan besar dan kuat, dan ada juga yang berbadan kecil dan lemah. Namun hak kebebasan, kehidupan dan martabat mereka adalah sama dan perlu dihargai.

Dengan bersenjatakan iman di dadanya, Lebah pemberani ini terbang tinggi ke awan dan hinggap di telinga Dinosaurus kemudian ia menyengatnya dengan sekuat tenaga. Akibatnya, badan Dinosaurus yang besar itu panas dingin kesakitan. Ia berteriak sekuatnya, yang akibatnya anak-anak Dinosaurus raksasa ini menjadi kasihan terhadapnya. Kemudian si Lebah pemberani itu mengakhiri hayatnya dengan memasukkan diri ke dalam telinga Dinosaurus yang paling dalam, hingga Dinosaurus pun semakin kesakitan.

Akhirnya Dinosaurus raksasa ini berjanji untuk membalas dendam kepada bangsa Lebah dan Semut dengan memeranginya dan menghapus mereka dari muka bumi ini. Namun anehnya, tanpa melihat sebab akibat, semua bangsa Dinosaurus membela Dinosaurus yang kesakitan ini menyerang bangsa Lebah dan Semut yang lemah. Bahkan para Dinosaurus mengeluarkan ultimatum, jika semua bangsa Semut dan Lebah tidak membantu mereka untuk mencari Lebah yang menyakiti Dinosaurus raksasa, maka mereka akan merasakan getahnya. Dengan kata lain, mereka akan dihancurkan pula.

Bangsa Semut dan Lebah menjadi bungung, takut, serba salah. Ironisnya, semua pemimpin Semut dan Lebah bersepakat mengatakan bahwa Lebah yang menyakiti Dinosaurus raksasa adalah Lebah pengkhianat yang telah mengkhianati bangsanya. Hal ini mereka lakukan karena mereka (pemimpin bangsa Semut dan Lebah) tunduk kepada Dinosaurus raksasa.

Para pemimpin Semut dan Lebah ramai-ramai meyakinkan kepada Dinosaurus raksasa bahwa Lebah pemberani yang menyakitinya telah mengakhiri hidupnya di dalam telinga Dinosaurus. Namun usaha mereka sia-sia tak ada guna.

Para bangsa Dinosaurus berkata kepada kepada para pemimpin bangsa Semut dan Lebah, “Kalau begitu, keluarkan dan tunjukkan kepada kami anak-anak Lebah ‘keparat’ yang menyakiti pemimpin kami itu. Kami akan menghancurkan atau bila perlu menghabisi mereka agar mereka tidak lagi dapat berbuat apa-apa di depan para Dinosaurus.”

Para pemimpin Semut dan Lebah tak menemukan solusi yang tepat kecuali harus tunduk kepada permintaan bangsa Dinosaurus. Mereka pun menunjukkan kepada Dinosaurus sarang kecil yang dihuni oleh sekelompok golongan anak Lebah pemberani tadi.

Maka dengan semangat, para Dinosaurus menghancurkan sarang kecil tersebut. Karena senjata Dinosaurus terlalu besar dan kuat, maka yang hancur bukan hanya sarang kecil yang dihuni oleh golongan anak Lebah pemberani saja, namun sarang-sarang lain juga hancur, termasuk para pemimpin Semut dan Lebah ikut hancur dan mati. Dan hancurlah semua komunitas Semut dan Lebah serta hewan-hewan lemah lain dari muka bumi ini disebabkan karena tunduknya pemimpin mereka kepada kemauan hawa nafsu Dinosaurus.

Kemudian kakekku berkata kepadaku (karena dialah yang bercerita kisah ini kepadaku untuk pengantar tidur), “Cucuku, ternyata Allah Swt, kemudian dendam kepada para Dinosaurus. Merekapun hancur bersamaan dengan hancurnya bangsa-bangsa lemah. Mereka mati kelaparan. Karena dengan akalnya yang bodoh, mereka tidak tahu bahwa dengan membunuh Semut dan Lebah, ternyata mereka harus kehilangan makanannya yang dulu tergantung pada hewa-hewan lemah itu. Dan sejak hari itu hingga kini, bumi kehilangan hewan bernama Dinosaurus yang berbadan besar dan berakal idiot itu.”

Kemudian kakekku melanjutkan bicaranya, “Cucuku...apakah manusia nggak paham tentang realita perang ini..? Ini adalah gambaran bahwa, jika bangsa-bangsa besar yang disebut Super Power itu semena-mena terhadap bangsa kecil, maka mereka akan ikut hancur seiring dengan kehancuran bangsa-bangsa kecil.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar