Selasa, 02 April 2013

Ibnu al-‘Arabi dan Konsep Wahdatul Wujud

Sejarah mencatat bahwa dalam dunia Islam ada seorang filsuf besar yang diakui dunia intelektual, beliau adalah Ibnu al-‘Arabi. Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin ‘Ali al-Hatimi al-Tha’i al-Andalusi, yang lebih terkenal dengan julukan Muhyiddin (penghidup agama). Ibnu al-‘Arabi seorang tokoh sufi yang juga diberi gelar asy-Syaikh al-Akbar (Maha Guru), dilahirkan di Murcia, (Andalusia) Spanyol bagian tenggara, pada 17 Ramadhan 560 H/28 Juli 1165 M.

Beliau memulai pendidikan formalnya ketika berumur delapan tahun, dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan di antaranya al-Qur’an dan tafsirnya, Hadits, fiqih, teologi dan filsafat scolastik. Inilah yang membawa beliau bertemu dengan filosof yang beraliran aristotelianisme seperti Ibnu Rusyd, bahkan masih sempat mengajarkan al-Qur’an Hadits dan fiqih kepada murid-muridnya seperti Ibnu Hazm al-Zhahiri, dan Abū Bakr bin Khalaf.

Pada tahun-tahun berikutnya beliau hijrah ke Timur Tengah yakni Mekah, kemudian masuk ke Romawi dan sempat mengembara ke berbagai wilayah di Timur, di antaranya Mesir, Syiria, Aljazair, Baghdad, Mosul dan Asia Kecil, dan bermukim di Damaskus sampai beliau wafat dan dimakamkan di Shalihiyah pada 22 Rabiu Tsani 638 H/Nopember 1240 M.

Beliau telah memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap khazanah pengetahuan Islam dan termasuk penulis yang paling produktif di zamannya yang telah menghasilkan begitu banyak karya-karya ilmiah. Terdapat lebih dari 400 buku, bahkan ada yang menyebutnya 800 judul buku yang pernah dikarangnya, namun hanya sebagian kecil saja yang sampai ke tangan kita.

Menurut Brockelmaun, salah seorang sarjana yang menghitung kira-kira 239 karya Ibnu al-‘Arabi yang masih ada. Ini diperkuat oleh Osunan Yahia dalam karya bibliografinya telah menyebutkan 846 judul dan menyimpulkan bahwa di antaranya hanya 700 judul yang asli, dan dari yang asli itu hanya 400 yang masih ada. Sedangkan Ibnu al-‘Arabi pernah menyebutkan 289 judul tulisan dalam sebuah catatan yang ditulisnya tahun 632 H/1234 M. Meskipun jumlah yang ditulisnya berbeda-beda, yang pantas dikagumi adalah produktifitasnya dalam berkarya sangat luar biasa.

Materi yang dibahas dalam karya-karyanya sangat inovatif, dimana mencakup metafisika, kosmologi, psikoklogi, ilmu-ilmu al-Qur’an dan hampir setiap lapangan pengetahuan lain, yang semua itu didekati dengan tujuan untuk menjelaskan esoteriknya. Meskipun demikian, dari sekian banyak karya-karyanya ada dua hal yang penting dan termashur yaitu al-Futūhāt al-Makkīyah yang diklaim oleh Ibnu al-‘Arabi bahwa tulisan ini berupa ilham yang didiktekan Tuhan melalui malaikat. Sedangkan tulisan yang lainnya adalah Fushush al-Hikam yang disebut-sebut diterimanya langsung dari Nabi muhammad Saw, dan menyuruh agar disampaikannya kepada seluruh umat manusia agar dapat diambil manfaat darinya.

Di antara tulisan yang monumental dalam bidang tasawuf-falsafi adalah al-Futuhat al-Makkiyah dan Fushush al-Hikam, yang mulai disusun di Mekah pada tahun 598 H/1202 M, dan selesai di Damaskus pada tahun 629 H/1231 M. Menurut pengakuannya, kitab ini didikte oleh Tuhan melalui malaikat yang menyampaikan ilham. Sementara itu kitab Fushush al-Hikam sekalipun relatif pendek namun tergolong karya yang paling banyak dibaca dan diberi syarah (penjelasan), karena memang paling sulit dipahami. Karya ini ditulis sepuluh tahun sebelum ia wafat, dan menurut pengakuannya karya ini diterimanya dari Nabi Muhammad Saw, yang memerintahkan agar menyebarkannya, agar umat manusia dapat mengambil manfaatnya.

Disamping kedua kitab tersebut, ia juga banyak menulis kitab yang jumlahnya tak terhitung misalnya, Masyāhid al-Asrār, al-Qudsīyah, Muhādarāt al-Abrār wa Musāmarāt al-Ahyār. Kasyf al-Ma’nā an Sirri Asma’illah al-Husna, ‘Anqā‘ Mughrib, Rawdat al-‘Asyiqīn, Turjumān al-Musywāq, Insyā al-Dawa’ir, Syajaratul Kaun, dan lain-lain. Karyanya juga yang tak kalah menarik adalah konsep Wahdatul Wujud.

Metode yang digunakan oleh Ibnu al-‘Arabi dalam menulis karyanya, secara umum banyak diwarnai dengan metode penuturan simbolistik yang sulit diterka. Sehingga muncullah faktor fanatisme di kalangan sebagian ulama yang ortodoks, kemudian membatasi ruang gerak perkembangan pmikiran Ibnu al-‘Arabi, bahkan mereka menganggap sesat dan keluar dari agama Islam.

Konsep Wahdatul Wujud
Sebuah tema yang sangat mendominasi Fushush al-Hikam adalah Wahdatul Wujud yakni konsep yang meliputi segalanya, sehingga semua konsep lainnya pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh konsep ini. Hal ini dinyatakan oleh Ibnu al-‘Arabi bahwa semua distingsi, perbedaan dan konflik hanyalah segi-segi nyata dari sebuah realitas tunggal dan unik dari wujud yang realitasnya mendasari semua wujud derivasi dan pengalamannya.

Wahdatul Wujud secara eksplisit berarti kesatuan wujud unity of existence”, dan sebagai esensi al-Haqq, wujud adalah dasar segala sesuatu yang ada di dalam bentuk apapun yang membuat dia dapat ditemukan. Demikian pula wujud tidak dapat di indera dalam dirinya sendiri, namun tiada sesuatu pun yang dapat dilihat tanpa wujud.

Inti asal-muasal doktrin Wahdatul Wujud dari Ibnu al-‘Arabi menegaskan bahwa wujud dalam pengertian sebenarnya adalah realitas tunggal dan tidak dapat menjadi dua wujud. Di sinilah beliau mengikuti jejak pemikir yang lebih awal seperti al-Ghazali, yang mengomentari ungkapan tentang kesatuan Tuhan (tauhid), namun Ibnu al-‘Arabi menekankan sebagian besar tulisan-tulisannya untuk menjelaskan realitas jamak (katsrah) di dalam konteks kesatuan tauhid.

Menurut pandangan beliau keragaman nyaris tampak tunggal, tatkala ia juga berakar kepada Tuhan, al-Haqq. Di satu pihak alam semesta ada melalui wujud Tuhan, di pihak lain “segala sesuatu” (syai’) atau “entitas” (‘ain) yang ditemukan di dalam alam semesta memiliki sifat khususnya sendiri.

Ibnu al-‘Arabi menjelaskan bahwa wujud menjadi nyata oleh karena Tuhan sebagai yang Dzhahir memperlihatkan Diri-Nya dalam satu “wadah manifestasi” (locus of manifestation / mazhhar), yakni di dalam kosmos itu sendiri. Tuhan tidak dapat memperlihatkan Diri-Nya sebagai bathin, karena menurut definisi Tuhan sebagai yang bathin tidak dapat di jangkau dan diketahui. Menurut paham ini juga tiap-tiap yang wujud mempunyai dua aspek; aspek lahir yang merupakan sifat kemakhlukan, dan aspek bathin, dimana merupakan sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.

Komentar Para Pakar
Persoalan yang paling sering mengganggu para pakar tentang Ibnu al-‘Arabi adalah apakah ia seorang pantheis? Ibnu al-‘Arabi sering mendapatkan kritik yang tajam, bahkan dituduh oleh kawan-kawannya sebagai penganut faham bahwa Tuhan identik dengan alam, paham yang disebut pantheisme atau monoisme. Di antara mereka yang paling menonjol ialah Ibnu Taimiyyah (w.728 H/1328 M), Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w.750 H/1350 M), at-Taftazani (w.791 H/1389 M), dan Ibrahim al-Biqa’i (w.885 H/1480 M).

Ibnu Taimiyyah misalnya, menuduh Ibnu al-‘Arabi berkeyakinan bahwa wujud hanya satu, wujud alam adalah wujud Allah, wujud makhluk adalah wujud Khaliq, dan segala yang ada ini adalah pengejawantahannya.

Sementara sarjana muslim kontemporer lainnya menolak jika dikatakan bahwa ajaran Wahdatul Wujud adalah pantheisme yang berarti Tuhan sama dengan mahluknya (alam). Di antara yang berpendapat demikian adalah Sayyed Husein Nasr, Mir Valiuddin, Sayyid Akbar Abbas Dizui dan termasuk juga Harun Nasution. Harun Nasution misalnya menyatakan bahwa istilah pantheisme tidak tepat untuk menyebut filsafat Wahdatul Wujud Ibnu al-‘Arabi.

Analisa dan Kesimpulan
Ajaran Wahdatul Wujud Ibnu al-‘Arabi yang terpenting adalah aspek al-Haqq yang merupakan esensi dari tiap-tiap wujud. Menurut pandangan Ibnu al-‘Arabi bahwa alam ini diciptakan Tuhan dari ‘Ain, sehingga apabila ingin melihat diri-Nya maka cukup melihat alam ini, yang pada hakekatnya tidak ada perbedaan di antara keduanya. Hal ini dapat diibaratkan seperti orang yang melihat bayangannya, seakan-akan menyatu dengan dirinya, akan tetapi pada hakekatnya adalah lain, sebab bayangan itu bukanlah substansinya. Di samping itu ajaran ini telah memadukan dua sisi imanesi Tuhan (tasybih) dan transendensi Tuhan (tanzih). Inilah pengetahuan yang benar tentang Tuhan menurut Ibnu al-‘Arabi.

Dengan pemahaman konsep tanzih dan tasybih tersebut maka, paham Wahdatul Wujud bisa dipahami dengan pengertian bahwa Tuhan adalah alam, dan alam adalah Tuhan yang disitu masih ada unsur penciptaan yang berarti ada Khaliq (pencipta) dan Khalq (makhluk). Dengan demikian, konsep Wahdatul Wujud Ibnu al-‘Arabi, masih dalam ruang lingkup tauhid yang benar, karena masih adanya pengakuan adanya unsur penciptaan dan khalq (makhluk).

Di sisi lain, seseorang harus menyadari bahwa realitas esensial dari suatu pandangan intelektual tidak menghalangi ekspresi mentalnya untuk tetap dipengaruhi oleh relatifitas mode-mode pengetahuan luar. Misalnya suatu ketika beliau menggambarkan tentang matahari sebagai jantung alam dan memancarkan cahaya ke semua bintang lain, yang meliputi bintang-bintang tetap, dan bahwa matahari itu sendiri disinari secara langsung dan tiada putus oleh wayu Tuhan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, Ibnu al-‘Arabi adalah tokoh tasawwuf yang kemunculannya membawa pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan spiritual dan intelektual Islam terlepas dari pro dan kontra terhadap konsep atau ajaran-ajaran yang dibawanya. Kedua, konsep Wahdatul Wujud Ibnu al-‘Arabi, tidak harus dipahami dalam satu tasybihnya saja, bahwa Tuhan berbeda sama sekali dengan alam, karena Dia adalah Dzat mutlak yang tidak terbatas diluar alam nisbi yang terbatas. Wallahu a'lam.


DAFTAR PUSTAKA
1.    Brockelmann, C. Beschichte der Arabiychen. Leiden: tp, 1943.
2.    Yahia, Osunan. Historie et Classification de l’Oeuvre d’Ibn Arabi. Damaskus: Institute Francais de Damos, 1964.
3.    Ibnu al-‘Arabī. Fushūsh al-Hikam. ed: Abū al-A‘lā ‘Afīfī. Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, 1980.
4.    Ibnu al-‘Arabī. Ijāzah li al-Malik al-Muzhaffar. Kairo: tp, 1888.
5.    Nasr, Seyyed Hossein. Three Muslims Sages. ter. Ahmad Mujahid. Bandung: Risalah, 1986.
6.    al-Sya‘rānī. Kitāb al-Yawāqīt wa al-Jawāhir. Kairo: tp, 1888.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar