Sabtu, 05 Maret 2011

Pendidikan Dalam Perspektif Islam

Setiap orang dilahirkan dalam keadaan tidak mengenal pengetahuan, meskipun ia dibekali keyakinan utama tentang ketuhanan, yang biasa dikenal dengan istilah ‘fitrah’. Dari sini, kemudian ia belajar dan berkembang melalui panca indera, lingkungan dan lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran yang didirikan oleh masyarakat. Dalam hal ini Allah berfirman; “Dan Allah akan mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS.al-Nahl: 78).

Sebelum mengenal pengetahuan, kehidupan manusia disebut sebagai masyarakat primitif, yakni masyarakat yang bermula dari kondisi jahl (bodoh) dan tidak memiliki pengetahuan. Lalu mereka belajar dan mengembangkan diri mereka dengan pola pendidikan yang sesuai dengan norma-norma sosial, seiring dengan terbentuknya ideologi masyarakat, sistem nilai, serta lembaga ilmiah dan pendidikan yang bertanggung jawab akan proses belajar mengajar.

Urgensi Pendidikan
Era teknologi dan ilmu pengetahuan menjadikan pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal yang sangat penting bagi manusia, khususnya oleh masyarakat Islam, dan masyarakat dunia secara umum. Pendidikan merupakan tumpuan harapan untuk meraih kemajuan dan perkembangan, baik individu maupun masyarakat. Pendidikan menjadikan peradaban manusia semakin maju, masyarakat makin berkembang dan pendidikan adalah merupakan pembentuk generasi. 

Rasulullah Saw pernah bersabda, “Barangsiapa yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia, maka harus menguasai ilmu (dunia). Barangsiapa yang ingin mencapai kebahagiaan akhirat, maka ia juga harus menguasai ilmu (akhirat/agama). Dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan keduanya, maka tentu juga harus menguasai ilmu (keduanya).” 

Ketika suatu masyarakat dilanda musibah, atau berusaha meraih kemajuan dengan berbagai tantangan dan ancamannya, adalah benar bila dikatakan bahwa sistem pendidikan merupakan hal pertama yang harus dievaluasi dan direvisi. Demikian bila kita simpulkan secara mudah kenapa masyarakat dunia ketiga, khususnya masyarakat Islam, mengalami kemunduran yang luar biasa semenjak masa runtuhnya Turki Usmani. Hal ini tak lain adalah desebabkan oleh rapuhnya sistem pendidikan Islam sehingga tidak lagi dapat menciptakan generasi-generasi yang tangguh.

Keprihatinan semacam inilah yang kemudian menggagas diadakannya kongres para Menteri Pendidikan dan Pengajaran di negara-neara Arab secara periodikal dari tahun ke tahun. Dan pada kongresnya yang ketiga di Kuwait pada tahun 1968, salah satu hasil kongres tersebut menetapkan pentingnya revisi sistem pendidikan dan pengajaran di dunia Arab dan Islam, dan mengaitkan pendidikan dengan turats (pusaka) umat yang mulia, khususnya aspek ruhaniah dan keagamaan, karena disadari bahwa di sinilah letak kekayaan dan kejayaan umat Islam.

Pendidikan dalam Perspektif Islam
Umat Islam merupakan umat dengan individu-individu yang telah dianugerahi iman dan telah dimuliakan Allah dengan agama hanif, agama Islam yang mulia. Allah berfirman: “Kalian adalah sebaik-baiknya umat yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf mencegah dari yang  munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Islam mengatur kehidupan manusia sejak lahir. Islam mengatur hubungan seseorang dengan Tuhannya, dirinya sendiri, keluarganya, kelompoknya, bahkan dengan lingkungan alam sekitarnya. Sebagaimana Islam juga mengatur kehidupan suatu masyarakat dengan meletakkan aturan-aturan bagi seluruh aspek kehidupannya, termasuk urusan hubungan antar negara-negara Islam ataupun negara Islam dengan negara non-Islam. Bahkan, Islam pun telah mengatur hubungan antar umat manusia di seluruh dunia. (QS. Al-An’am: 38)

Itu semua lahir dari konsep Islam yang universal dan lengkap yang mencakup konsep tentang alam, manusia dan kehidupan. Konsep Islam yang lengkap dan universal ini terbentuk berdasarkan tiga prinsip; yaitu prinsip penciptaan, prinsip kesatuan, dan prinsip kesinambungan. Tiga prinsip tersebut tercermin dalam setiap pemikiran, besar maupun kecil, baik di bidang sosial, hukum, ekonomi, pendidikan dan pengajaran.

Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Ia menjadikan manusia sebagai tempat meletakkan taklif (pembebanan) hukum, karena manusia telah dikaruniai Allah dengan akal dan kemampuannya untuk belajar. (QS. al-Baqarah: 31-32) Dan Allah mengutus para Rasul-Nya kepada umat manusia agar mereka mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju alam yang terang benderang, dari kejahilan menuju pencerahan melalui al-Qur’an, hikmah dan pendidikan. (QS. al-Baqarah: 129)

Tetapi bagaimanapun juga, hikmah Allah Yang Maha Mengetahui menetapkan bahwa, ayat-ayat diturunkan pertama kali dalam al-Qur’an adalah surat al-Alaq dari ayat 1 sampai 5. Kalimat yang pertama kali diwahyukan oleh Allah adala ‘iqra’ yang berarti ‘bacalah’. Perlu dimengerti dan ditegaskan bahwa perintah membaca di sini tidak hanya terfokus pada usaha memberantas buta huruf saja, melainkan pula memahami dan mempelajari semua ilmu pengetahuan yang memberi manfaat kepada seluruh makhluk, dan mendorong manusia mengetahui khalik dan takut kepada-Nya. Inilah yang dimaksud oleh ayat “iqra’ bismirabbika” (bacalah dengan menyebut nama tuhanmu). Perhatikan juga ayat “khalaqa al-insana min alaq” (Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah). Dan perhatikan isyarat Allah tentang peralatan ilmu “al-ladzi ‘allama bil qalam” (Dia yang mengajari manusia dari perantara kalam*).

Hadits-hadits Rasulullah yang menjelaskan tentang pentingnya ilmu pengetahuan, isyarat tentang ulama dan orang-orang yang kesehariannya sibuk dengan urusan pendidikan dan pengajaran juga sangat banyak. Rasulullah bersabda: “Tak ada hasud (yang diperbolehkan) kecuali dalam dua hal, (yaitu hasud terhadap) seseorang yang diberi hikmah oleh Allah ia mempergunakannya dan mengajarkannya kepada manusia, dan (hasud terhadap) seseorang yang diberi harta kekayaan oleh Allah kemudian ia mempergunakan untuk mempertahankan kebaikan atas kehancuran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pendidikan dan pengajaran telah berlangsung dalam realitas sejarah umat Islam. Sebagaimana ia adalah merupakan media untuk mendapatkan hidayah dan kebaikan bagi individu, kelompok dan manusia seluruhnya. Rasulullah sendiri adalah guru pertama bagi umat Islam. Sebagaimana rumah sahabat Arqam bin Abi Arqam adalah merupakan sekolah pertama yang dijadikan sebagai tempat untuk mengajar umat Islam dalam jumlah yang banyak yang didirikan oleh Rasulullah.

Demikian juga bahwa pendidikan dalam Islam mempunyai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan umum pendidikan Islam sendiri merupakan bayangan dari tujuan agung agama Islam. Pendidikan Islam bertujuan mewujudkan individu yang takut kepada Allah, bertaqwa kepada-Nya, serta beribadah dengan sebaik-baiknya agar ia memperoleh kemenangan di akhirat dan hidup bahagia di dunia. Dari titik inilah kita dapat memahami bahwa terdapat hubungan yang erat antara ilmu dan iman. Perhatikan firman Allah: “Dan orang-orang yang diberi ilmu (al-Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu itulah yang benar dan menunjukkan (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Dzariyat: 57) 

Inti dari pembahasan ini adalah, bahwa pendidikan dan ilmu adalah hal yang urgen untuk kehidupan manusia. Karena dengan ilmu manusia bisa mencapai derajat tertinggi, baik di hadapan manusia ataupun di hadapan Tuhannya. Ilmu adalah alat utama menuju kesuksesan dua alam yang diimpikan, kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar