Setiap orang dilahirkan dalam keadaan tidak mengenal pengetahuan, meskipun ia dibekali keyakinan
utama tentang ketuhanan, yang biasa dikenal dengan istilah ‘fitrah’. Dari sini, kemudian ia belajar dan berkembang melalui panca indera, lingkungan
dan lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran yang didirikan oleh masyarakat.
Dalam hal ini Allah berfirman; “Dan Allah akan mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan memberikan kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS.al-Nahl: 78).
Sebelum mengenal
pengetahuan, kehidupan manusia disebut sebagai masyarakat
primitif, yakni masyarakat yang bermula dari kondisi jahl (bodoh) dan tidak
memiliki pengetahuan. Lalu mereka belajar dan mengembangkan diri mereka dengan
pola pendidikan yang sesuai dengan norma-norma sosial, seiring dengan
terbentuknya ideologi masyarakat, sistem nilai, serta lembaga ilmiah dan
pendidikan yang bertanggung jawab akan proses belajar mengajar.
Urgensi Pendidikan
Era teknologi dan ilmu pengetahuan
menjadikan pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal yang sangat penting bagi
manusia, khususnya oleh masyarakat Islam, dan masyarakat dunia secara umum. Pendidikan
merupakan tumpuan harapan untuk meraih kemajuan dan perkembangan, baik individu
maupun masyarakat. Pendidikan menjadikan peradaban manusia semakin maju,
masyarakat makin berkembang dan pendidikan adalah merupakan pembentuk generasi.
Rasulullah Saw pernah
bersabda, “Barangsiapa yang ingin mencapai kebahagiaan di dunia, maka harus
menguasai ilmu (dunia). Barangsiapa yang ingin mencapai kebahagiaan akhirat,
maka ia juga harus menguasai ilmu (akhirat/agama). Dan barangsiapa yang
menginginkan kebahagiaan keduanya, maka tentu juga harus menguasai ilmu
(keduanya).”
Ketika suatu masyarakat dilanda musibah,
atau berusaha meraih kemajuan dengan berbagai tantangan dan ancamannya, adalah
benar bila dikatakan bahwa sistem pendidikan merupakan hal pertama yang harus dievaluasi dan direvisi.
Demikian bila kita simpulkan secara mudah kenapa masyarakat dunia ketiga,
khususnya masyarakat Islam, mengalami kemunduran yang luar biasa semenjak masa runtuhnya
Turki Usmani. Hal ini tak lain adalah
desebabkan oleh rapuhnya sistem pendidikan Islam sehingga tidak lagi dapat
menciptakan generasi-generasi yang tangguh.
Keprihatinan semacam inilah yang kemudian
menggagas diadakannya kongres para Menteri Pendidikan dan Pengajaran di
negara-neara Arab secara periodikal dari tahun ke tahun. Dan pada kongresnya
yang ketiga di Kuwait pada tahun 1968, salah satu hasil kongres tersebut
menetapkan pentingnya revisi sistem pendidikan dan pengajaran di dunia Arab dan
Islam, dan mengaitkan pendidikan dengan turats (pusaka) umat yang mulia,
khususnya aspek ruhaniah dan keagamaan, karena disadari bahwa di sinilah letak
kekayaan dan kejayaan umat Islam.
Pendidikan dalam Perspektif Islam
Umat Islam merupakan umat dengan
individu-individu yang telah dianugerahi iman dan telah dimuliakan Allah dengan
agama hanif, agama Islam yang mulia. Allah berfirman: “Kalian adalah
sebaik-baiknya umat yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf
mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)
Islam mengatur kehidupan manusia sejak
lahir. Islam mengatur hubungan seseorang dengan Tuhannya, dirinya sendiri,
keluarganya, kelompoknya, bahkan dengan lingkungan alam sekitarnya. Sebagaimana
Islam juga mengatur kehidupan suatu masyarakat dengan meletakkan aturan-aturan
bagi seluruh aspek kehidupannya, termasuk urusan hubungan antar negara-negara
Islam ataupun negara Islam dengan negara non-Islam. Bahkan, Islam pun telah mengatur hubungan
antar umat manusia di seluruh dunia. (QS. Al-An’am: 38)
Itu semua lahir dari konsep Islam yang
universal dan lengkap yang mencakup konsep tentang alam, manusia dan kehidupan.
Konsep Islam yang lengkap dan universal ini terbentuk berdasarkan tiga prinsip;
yaitu prinsip penciptaan, prinsip kesatuan, dan prinsip kesinambungan. Tiga
prinsip tersebut tercermin dalam setiap pemikiran, besar maupun kecil, baik di
bidang sosial, hukum, ekonomi, pendidikan dan pengajaran.
Allah telah menjadikan manusia sebagai
khalifah di muka bumi. Ia menjadikan manusia sebagai tempat meletakkan taklif
(pembebanan) hukum, karena manusia telah dikaruniai Allah dengan akal dan
kemampuannya untuk belajar. (QS. al-Baqarah: 31-32) Dan Allah mengutus para Rasul-Nya kepada umat
manusia agar mereka mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju alam yang terang
benderang, dari kejahilan menuju pencerahan melalui al-Qur’an, hikmah dan
pendidikan. (QS. al-Baqarah: 129)
Tetapi bagaimanapun juga, hikmah Allah Yang
Maha Mengetahui menetapkan bahwa, ayat-ayat diturunkan pertama kali dalam
al-Qur’an adalah surat al-Alaq dari ayat 1 sampai 5. Kalimat yang pertama kali diwahyukan oleh Allah
adala ‘iqra’ yang berarti ‘bacalah’. Perlu dimengerti dan
ditegaskan bahwa perintah membaca di sini tidak hanya terfokus pada usaha memberantas
buta huruf saja, melainkan pula memahami dan mempelajari semua ilmu pengetahuan
yang memberi manfaat kepada seluruh makhluk, dan mendorong manusia mengetahui khalik dan takut
kepada-Nya. Inilah yang dimaksud oleh ayat “iqra’ bismirabbika” (bacalah dengan menyebut nama tuhanmu). Perhatikan juga ayat “khalaqa al-insana min alaq” (Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah). Dan perhatikan isyarat Allah tentang peralatan
ilmu “al-ladzi ‘allama bil qalam”
(Dia yang mengajari manusia dari perantara kalam*).
Hadits-hadits Rasulullah yang menjelaskan
tentang pentingnya ilmu pengetahuan, isyarat tentang ulama dan orang-orang yang
kesehariannya sibuk dengan urusan pendidikan dan pengajaran juga sangat banyak. Rasulullah bersabda: “Tak
ada hasud (yang diperbolehkan) kecuali dalam dua hal, (yaitu hasud terhadap)
seseorang yang diberi hikmah oleh Allah ia mempergunakannya dan mengajarkannya
kepada manusia, dan (hasud terhadap) seseorang yang diberi harta kekayaan oleh
Allah kemudian ia mempergunakan untuk mempertahankan kebaikan atas kehancuran.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Pendidikan dan pengajaran telah berlangsung
dalam realitas sejarah umat Islam. Sebagaimana ia adalah merupakan media untuk
mendapatkan hidayah dan kebaikan bagi individu, kelompok dan manusia
seluruhnya. Rasulullah sendiri adalah guru pertama bagi umat Islam. Sebagaimana
rumah sahabat Arqam bin Abi Arqam adalah merupakan sekolah pertama yang dijadikan sebagai
tempat untuk mengajar umat Islam dalam jumlah yang banyak yang didirikan oleh
Rasulullah.
Demikian juga bahwa pendidikan dalam Islam
mempunyai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan umum pendidikan Islam sendiri
merupakan bayangan dari tujuan agung agama Islam. Pendidikan Islam bertujuan
mewujudkan individu yang takut kepada Allah, bertaqwa kepada-Nya, serta
beribadah dengan sebaik-baiknya agar ia memperoleh kemenangan di akhirat dan
hidup bahagia di dunia. Dari titik inilah kita dapat memahami bahwa terdapat
hubungan yang erat antara ilmu dan iman. Perhatikan firman Allah: “Dan
orang-orang yang diberi ilmu (al-Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan
kepadamu dari tuhanmu itulah yang benar dan menunjukkan (manusia) kepada jalan
Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Dzariyat: 57)
Inti dari pembahasan ini
adalah, bahwa pendidikan dan ilmu adalah hal yang urgen untuk kehidupan manusia.
Karena dengan ilmu manusia bisa mencapai derajat tertinggi, baik di hadapan
manusia ataupun di hadapan Tuhannya. Ilmu adalah alat utama menuju kesuksesan
dua alam yang diimpikan, kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar