Sabtu, 27 Februari 2010

Macam-Macam Golongan Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna (fî ahsani taqwîm) dan menempati kedudukan yang tinggi sebagai khalifah Allah di muka bumi. Namun, kesempurnaan penciptaan itu dihiasi dengan sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya, menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, ulama dan sufi terkenal, bahwa ada empat macam manusia;

Manusia pertama, adalah mereka yang tidak mempunyai lidah dan hati. Mereka ini adalah orang-orang bebas, berotak tumpul dan berjiwa kerdil, yang tidak mengingat Allah dan tidak memiliki kebaikan. Berhati-hatilah, agar jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan mereka. Merekalah orang-orang yang dimurkai Allah dan kita memohon kepada Allah agar dilindungi dari pengaruh mereka. Sebaliknya, hendaknya kita berupaya menjadi orang-orang yang beriman, sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, pembimbing manusia ke dalam agama Allah dan pemimpin serta mengajak manusia ke jalan Allah Swt.

Hati (al-qalbu), merupakan sumber kebaikan, sekaligus sebagai sumber keburukan. Segala yang kita ucapkan dan lakukan, pada dasarnya merupakan refleksi dan manifestasi dari apa yang terdapat dalam hati. Dari hati yang baik, jujur, dan jernih, akan lahir ucapan dan tindakan yang baik pula. Ucapannya mengandung nuansa persahabatan, kedamaian, dan menyejukkan setiap orang yang mendengarnya. Sebaliknya, dari hati yang buruk, penuh hasad dan dengki, akan melahirkan pula ucapan dan tindakan yang bernada kedengkian, permusuhan, penghinaan, bahkan tidak jarang pula dalam bentuk fitnah. Sesungguhnya tindakan dan ucapan yang kotor hanya dilakukan oleh orang-orang yang hatinya kotor. Karena itu, salah satu sifat utama orang-orang mukmin yang ingin dipersamakan derajatnya dengan para sahabat Muhajirin dan Anshar, adalah hilangnya kedengkian dalam hati mereka kepada sesama orang-orang yang beriman (kaum muslimin).

Dengki mempunyai banyak sebab, antara lain disebabkan karena permusuhan, membanggakan diri, kebencian, kesombongan, dan takut atas luputnya tujuan-tujuan yang disukai, ambisi kepemimpinan, jiwa yang buruk, dan sifat kikir. Semua itu adalah sifat tercela dan obatnya ialah mengetahui bahwa kedengkian membahayakan diri di dunia dan akhirat. Di dunia disebabkan terganggunya olehnya. Yang perlu disadari adalah bahwa segala kedengkian kepada sesama muslim maupun kepada umat lainnya akan hilang atau minimal relatif lebih kecil, dan diganti dengan kecintaan serta kesatuan hati, manakala hati kita selalu terpaut pada Allah Swt, berusaha seoptimal mungkin melaksanakan ajaran-Nya serta berusaha memberikan kemanfaatan kepada orang lain.

Manusia kedua, adalah mereka yang mempunyai lidah tetapi tidak mempunyai hati. Mereka pandai bicara, tetapi tidak melakukan apa yang mereka bicarakan. Mereka mengajak manusia untuk menuju kebaikan, tetapi mareka sendiri lari dari kebaikan. Mereka membenci maksiat yang dilakukan oleh orang lain, tetapi mereka sendiri bergelimang dalam maksiat itu. Mereka menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka itu saleh, ahli ibadah, tetapi sebenarnya mereka sendiri melakukan dosa-dosa besar. Inilah yang dikhawatirkan Nabi Saw, “Orang yang paling ditakuti di kalangan umatku dan akupun menakutinya adalah orang alim yang jahat.”

Kita berlindung kepada Allah dari orang alim seperti itu. Karenanya, kita harus berhati-hati dalam bergaul dengan mereka. Jika tidak, maka kita bisa terpengaruh oleh kata-kata manisnya.

Manusia ketiga, adalah mereka yang mempunyai hati tetapi tidak mempunyai lidah, sedangkan dia adalah orang beriman. Orang ini senantiasa mendapati sinar Allah yang menerangi dan menyadarkan hatinya bahwa kejahatan yang timbul akibat bercampur dengan orang banyak serta kejahatan akibat banyak bicara. Mereka mengetahui bahwa keselamatan itu terletak dalam diam. Nabi Muhammad Saw bersabda, yang artinya “Barangsiapa diam, maka ia akan mencapai keselamatan.”

Mereka yang termasuk dalam golongan ini adalah wali Allah yang secara tersembunyi. Mereka akan diberi perlindungan dan keselamatan. Mereka adalah orang-orang bijaksana yang mendapat perlindungan dan keselamatan dari Allah, maka hendaklah kita bergaul dan berteman dengan orang-orang ini.

Manusia keempat, adalah mereka yang diajak ke dunia tidak nyata dan diberi pakaian kemuliaan, seperti sabda Nabi Saw, yang artinya “Barangsiapa yang menuntut ilmu lalu ia mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, maka ia akan dibawa ke alam gaib dan dimuliakan.”

Orang-orang yang termasuk dalam golongan ini mempunyai ilmu-ilmu ketuhanan dan tanda-tanda Allah. Hati mereka akan menjadi gedung ilmu Allah yang sangat agung dan Allah memberinya rahasia-rahasia yang tidak diberikan kepada orang lain. Orang yang termasuk dalam golongan ini berada dalam peringkat terakhir atau puncak kemanusiaan yang tidak ada kedudukan di atasnya, kecuali kenabian. Oleh karena itu, kita harus dekat dan bersahabat dengan mereka. Dengarkan dan perhatikanlah pembicaraan dan nasihat mereka. Karena keselamatan itu berada dalam memperhatikan pembicaraan dan berdampingan dengan mereka. Sebaliknya, kebinasaan dan kerusakan akan datang jika berjauhan dengan mereka.

Demikianlah, pembagian manusia yang dilakukan oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani untuk bahan introspeksi diri kita dan menjadi bahan pelajaran bagi kita untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar