Manusia
adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan itu bukan hanya
tercermin dalam bentuk fisiknya saja, namun
juga hal-hal yang berkaitan dengan psikis. Hal ini terbukti bahwa
manusia diberi berbagai macam karakter dan tabiat yang salah satunya adalah ghadhab (marah). Marah dan emosi adalah
tabiat manusiawi. Namun meski demikian, kita tidak dilarang marah, sebaliknya
justeru diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek
negatif.
Tidak sedikit hadits yang menyatakan bahwa marah bukanlah sifat yang terpuji. Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah Saw, bersabda “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a dikatakan “Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah” (H.R. Malik).
Mengendalikan marah bukan pekerjaan yang mudah, sangat sulit untuk melakukannya. Ketika ada orang melakukan sesuatu hal yang bisa memancing emosi kita, barangkali darah kita langsung naik ke ubun-ubun, tangan sudah gemetar mau memukul, sumpah serapah sudah berada di ujung lidah tinggal menumpahkan saja, tapi jika saat itu kita mampu menahannya, maka bersyukurlah, karena kita termasuk orang yang kuat.
Beberapa cara meredam atau mengendalikan kemarahan menurut tuntunan Islam diantaranya adalah:
1. Membaca Ta’awwudz.
Ta’awwudz adalah berlindung kepada Allah dari godaan syetan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa marah berasal dari syetan, karena itu jika kita terpancing untuk marah, maka hendaknya kita membaca ta’awwudz dan berlindung kepada Allah dari syetan yang menggoda kita. Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu “A’uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim” “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk” (H.R. Bukhari Muslim).
2. Berwudlu.
Dengan air wudlu, insya Allah jiwa raga kita akan tenang. Rasulullah bersabda “Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah” (H.R. Abud Dawud).
3. Duduk.
Tidak sedikit hadits yang menyatakan bahwa marah bukanlah sifat yang terpuji. Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah Saw, bersabda “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a dikatakan “Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah” (H.R. Malik).
Mengendalikan marah bukan pekerjaan yang mudah, sangat sulit untuk melakukannya. Ketika ada orang melakukan sesuatu hal yang bisa memancing emosi kita, barangkali darah kita langsung naik ke ubun-ubun, tangan sudah gemetar mau memukul, sumpah serapah sudah berada di ujung lidah tinggal menumpahkan saja, tapi jika saat itu kita mampu menahannya, maka bersyukurlah, karena kita termasuk orang yang kuat.
Beberapa cara meredam atau mengendalikan kemarahan menurut tuntunan Islam diantaranya adalah:
1. Membaca Ta’awwudz.
Ta’awwudz adalah berlindung kepada Allah dari godaan syetan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa marah berasal dari syetan, karena itu jika kita terpancing untuk marah, maka hendaknya kita membaca ta’awwudz dan berlindung kepada Allah dari syetan yang menggoda kita. Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu “A’uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim” “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk” (H.R. Bukhari Muslim).
2. Berwudlu.
Dengan air wudlu, insya Allah jiwa raga kita akan tenang. Rasulullah bersabda “Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah” (H.R. Abud Dawud).
3. Duduk.
Duduk
dalam hal ini berfungsi untuk menenangkan diri agar tidak terbawa emosi hembusan
syetan terlalu jauh. Dalam sebuah hadits dikatakan “Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka
bertiduranlah” (H.R. Abu Dawud).
4.
Diam.
Dengan diam, maka kita akan terhindar dari banyak kesalahan lisan. Karena banyak bicara maka syetan pun akan dengan leluasa mempengaruhi kita untuk melakukan kesalahan-kesalahan. Dalam sebuah hadist dikatakan “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah” (H.R. Ahmad).
5. Bersujud.
Bersujud di sini artinya shalat sunnah, mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadits dikatakan “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah dilehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (H.R. Tirmidzi)
Dengan diam, maka kita akan terhindar dari banyak kesalahan lisan. Karena banyak bicara maka syetan pun akan dengan leluasa mempengaruhi kita untuk melakukan kesalahan-kesalahan. Dalam sebuah hadist dikatakan “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah” (H.R. Ahmad).
5. Bersujud.
Bersujud di sini artinya shalat sunnah, mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadits dikatakan “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah dilehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (H.R. Tirmidzi)
Sumber
: Pesantren Virtual.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar